Kaliwungu Kendal - Kaliwungu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan
langsung dengan Semarang, tepatnya di sebelah barat Kota Semarang,
Indonesia.
Kaliwungu terkenal dengan sebutan kota santri dikarenakan di kecamatan
tersebut terdapat puluhan pondok pesantren. Pemberian nama Kaliwungu
diambil dari peristiwa seorang guru (Sunan Katong) dan muridnya
(Pakuwojo) yang berkelahi di dekat sungai karena perbedaan prinsip. Dari
pertengkaran itu terjadi pertumpahan darah yang menurut cerita, Sunan
Katong berdarah biru dan Pakuwojo berdarah merah, keduanya wafat dalam
perkelahian itu dan darahnya mengalir di sungai sehingga berubah menjadi
ungu.
Sampai saat ini belum ada ketetapan resmi mengenai hari jadi kabupaten
Kendal dan Kaliwungu. Pemerintah daerah tingkat II Kendal dahulu pernah
memutuskan hanya mengenai symbol kota kabupaten Kendal yaitu kendil
wesi, dalam hal ini ada riwayatnya tersendiri. Sekitar tahun 1977 pernah
membentuk team tetapi tugasnya khusus hanya untuk menggali sejarah
perjoangan rakyat daerah kabupaten Kendal melawan penjajah Belanda.
Penulis sebagai sebagai rakyat daerah Kendal dan dilahirkan di Kendal
sudah lama mencoba mengamati dan menyelidiki sejarah lahirnya kota
kabupaten kaliwungu yang kemudian di pindah ke Kendal. Hari jadi kota
kaliwungu yang timbul pada kira-kira 380 tahun yang lampau dan kota
Kendal pada tahun 1813 H. agak sulit diperolehnya data-data historis
atau data-data yang masuk akal. Beberapa informasi dan cerita cerita
rakyat banyak yang meragukan, meskipun demikian penulis tiada jalan
meneruskan pengamatannya dengan mengumpulkan data data sejarah dan
informasi informasi yang dianggap wajar, kemudian tersusun sebagai
berikut :
1. SULTAN DEMAK KE II
Setelah sultan Demak ke I Raden Patah mangkat, digantikan putera
sulungnya bernama pangeran Surya atau adipati Yunus (Jepara) atau
disebut juga pangeran Sabrang Lor.
2. KI PANDANARANG I
Setelah Sultan Demak II (Pati Yunus) mangkat, puteranya yang tertua,
pangeran Made Pandan tidak bersedia menggantikan tahta kesultanan Demak.
Di pulau Tirang inilah beliau sebagai mubaligh mulai menyebarkan agama
Islam terhadap penduduk yang masih memeluk agama Hindu/Budha, di samping
mengajarkan pula bercocok taman. Karena ketekunannya Pangeran Made
Pandan dapat menundukkan mereka dan akhirnya masuk Islam. Di pulau
Tirang terdapat tanaman pandan tetapi jarang (arang-arang-jawa),
akhirnya di tempat tersebut disebut pandanarang, adapun pangeran Made
Pandan disebut Ki Pandanarang. (I).
Pangeran Made Pandan kawin dengan Sejanila, menurut sementara sejarah
adalah putera Pangeran Panduruan di Sumenep (keturunan Raden Patah). Ki
Pandanarang, sekarang disebut Pragota atau Bregoto; makam Nyi Sejanila
juga berada di Bregoto.
3. JUMENENGAN BUPATI SEMARANG KE –I
Di sekitar Pragota(Bregoto) terdapat tanaman asam tetapi jarang-jarang
(arang-arang); akhirnya wilayah ini di sebut semarang, asal dari
kata-kata Asem-arang, dan disini sudah mulai banyak penduduknya. Sunan
Kalijogo (Raden Sahid) seorang wali yang terkenal namanya diantara
Sembilan Wali dari Demak berkehendak mengangkat putra sulung Ki
Pndanarang I (Made Pandan) yang bernama pangeran kasepuhan untuk
menjabat bupati di Semarang; maksud ini direstui oleh Sultan Pajang
Hadiwijoyo, terlaksana pangeran kasepuhan diangkat menjadi bupati di
semarang yang pertama dengan gelar Ki Pandanarang II. Bupati Semarang ke
I ini wataknya kikir dan silau akan harta, akan tetapi Sunan Kalijaga
dapat meramalkan bahwa di kemudian hari Ki Pandanarang II dapat menjadi
wali sebagai ganti Syeh Siti Jenar. Dengan tindakan dan cara yang
bijaksana sunan Kalijaga dapat menyadarkan Ki Pandanarang II akan
wataknya yang tidak baik itu, dan akhirnya beliau menyerahkan diri dan
bertaubat. Selanjutnya Sunan Kalijaga beliau diperintahkan supaya
meninggalakan kamukten sebagai Bupati; akhirnya beliau bersama
keluarganya hijrah dan menetap di Tembayat;disini beliau di tugaskan
sebagai mubaligh menyebarkan agama Islam, akhirnya disebut sunan
Tembayat. Kira-kira tahun 1563 H. beliau wafat, dimakamkan di gunung
jabalkat.
Setelah Ki Pandanarang II hijrah, kedudukan Bupati Semarang dig anti
adiknya, pangeran Kanoman, dengan gelar Ki Pandanarang III sebagai
Bupati Semarang.
4. BATARA KATONG MASUK ISLAM
Batara Katong adalah adipati Ponorogo; menurut sementara sejarah/cerita,
beliau adalah putera yang ke 24 dari prabu Browijoyo V dari Majapahit
(Kertobumi), jadi adik raden Patah Sultan Bintoro Demak. Batara Katong
memeluk agama Hindu;Batara Katong menerma anjuran dari Raden Patah untuk
memeluk Islam, anjuran itu diterima tetapi akan dipenuhi setalah
ayahandanya mangkat; setelah ayahanda mangkat, Batara Katong tidak
menepati janjinya dan selalu menagguhkan waktunya. Akhirnya Batara
Katong menerima Ilham ( wangsit) dari Tuhan dan dapat petunjuk supaya
meninggalkan kamukten sebagai adipati dan supaya berguru ke Pulau
Tirang, maka berangkatlah Batara Katong menuju kearah yang du tunjukkan
menurut wangsit itu, yaitu ke Pulau Tirang, berguru kepada Ki
Pandanarang I (Made Pandan) dan masuk Islam setelah dianggap cukup dalam
mempelajari agama Islam. Dalam perjalanannya beliau sampai di suatu
sungai (Kali), berhenti beristirahat, akhirnya tiduran tepat dibawah
pohon yang warnanya ungu (wungu); akhirnya di tempat itu di sebut desa
kaliwungu, sedang sungainya disebut kali sarean, masih ada hingga
sekarang. Jadi itulah asal usul nama desa Kaliwungu.
5. PENYIARAN AGAMA ISLAM DI KALIWUNGU
Karena desa kaliwungu dan sekitarnya penduduknya belum memeluk agama
Islam, maka Batara Katong mulai mengembangkan agama Islam, beliau
bermukim dibukit Penjor. Setelah tugas penyiaran agama Islam Nampak
berhasil dan banyak muridnya, maka beliau mendirikan mesjid ditempat
yang disebut sawah jati, tempat ini sekarang tidak Nampak bekasnya.
Sejak itulah Batara Katong di sebut sunan Katong. Di tengah kota
Kaliwungu sekarang ada jalan yang diberi nama Sawah jati ; mungkin nama
jalan ini mengambil dari sejarah bahwa distitu dahulunya tempat
didirikan masjid yang permata oleh Batara Katong. Setelah Sunan Katong
wafat dimakamkan ditempat yang dulu disebut togal sawah, yang dikenal
sekarang adalah makam Protowetan termasuk desa Protomulyo; makam
tersebut tidak jauh dari bukit Penjor. Di komplek makam ini dimakamkan
pula para tokoh Islam, makam tersebut dimuliakan oleh rakyat dan tiap
than di ziarahi besar besaran oleh rakyat kaliwungu dan dari lain daerah
tiap tiap tanggal 7 syawwal, disbut syawwalan.
Mengenai sunan Katong atau Batara Katong dan makamnya yang ada di
protowetan kec. Kaliwungu sering timbul pertanyaan dan keraguan,
benarkan tokoh Islam yang disebut Sunan Katong itu identitas dengan
Batara katong Adipati Ponorogo? Karena Diponegoro terdapat pusara/kubur
Batara Katong.
Karena menurut catatan atau Memorires van Pangeran Ario Notohamiprojo
Ragent van Kendal, halaman 91 menunjukkan pada waktu mudanya P.A.
Notohamiprojo pernah mengikiti perjalanan dalam rangka peninjauan Prins
Frederik Henderik cucuu raja Nederland ke pulau jawa bulan juni 1837,
sehingga meninjau kuburnya Batara Katong di ponorogo. Jadi istilah kubur
di artikan adalah tempat jenazah di kebumikan. Hanya menurut
kepercayaan rakyat di Kaliwungu sangat percaya bahwa pusara Sunan Katong
adalah di Protowetan, lepas dari pemikiran apakah Sunan Katong itu
identitas dengan Batara Katong atau bukan.
6. KYAI GURU PENERUS PENYIARAN AGAMA ISLAM
Setelah sunan Katong wafat, maka datanglah pada tahun 1560 M. di
kaliwungu seorang ulama asal mataram bernama Kyai Haji Asy’ari, beliau
pernah bermukim di mekkah untuk memperdalam ajaran Islam. Di Kaliwungu
beliau menyiarkan agama Islam, jadi beliau adalah seorang yang pertama
kali debagai penerus pengembangan Islam setelah Sunan Katong wafat.
Kyai Asy’ari dalam penyarannya agama Islam di Kaliwungu mendapat
kemajuan, muridnya bertambah banyak, tidak saja dari desa Kaliwungu
tetapi juga dari lain desa. Selanjutnya Kyai Asy’ari mendirikan rumah
pesantren dan juga sebagai tempat tinggalnya yang tetap; akhirnya Kyai
H. Asy’ari di sebut Kyai Guru. Karena bekal ilmu yang di peroleh selama
bermukim di mekkah, maka dalam memberikan pelajaran agama Islam juga
lebih luas; tidak hanya di bidang ketauhidan saja tetapi juga dibidang
lain mengenai syariat agama Islam, sedang masa Sunan katong yang di
tanamkan khusus di bidang ketaukhidan/keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai pada keadaan pada masa itu.
7. KYAI GURU PENDIRI MASJID JAMI’ KALIWUNGU
Menurut kisah yang di muat dalam brosur Syawalan terbitan 1977
menyebutkan bahwa Kyai Guru adalah pendiri masjid Jami’ di Kaliwungu.
Dahulu bentuk masjid itu tentu saja masih sangat sederhana bangunannya.
Sekarang sudah mengalami pemugaran lima kali di bawah pimpinan keturunan
Kyai Guru.
Pemugaran pertama pada tahun 1653 di bawah pimpinan Kyai Haji Mohammad,
pada sekitar zamannya Bupati kaliwungu Tmg. Wirosoco atau masa ngabei
Metoyudo dan Tmg. Wongsodiprojo.
4 komentar
tes1111
Balasetstkjswsdwq
Balasiyo :D
Balasaku ganteng :D
Balaskalau komentar harus bilang admin itu ganteng.
aku ganteng.
test ganteng.